Welcome Myspace Comments

Sabtu, 13 Oktober 2012

RESUME JURNAL

Tugas resume ini adalah salah satu tugas dari Workshop Metodology Penelitian Kewirausahaan untuk Mahasiswa se IAIN Sunan Ampel Surabaya yang diadakan selama 5 hari (12-27 Oktober 2012). Semoga yang berkepentingan bisa membaca atau meng-copy untuk tujuan panduan/pendukung keilmuan terkait research yang hanya dipelajari atau bakal digeluti di lapangan.

 INDUSTRI KREATIF BERBASIS SUMBER DAYA ALAM
Untung Sumotarto
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta
Oleh:
Moh. Ilham/Manajemen Dakwah

Ekonomi kreaif adalah ekonomi yang juga didukung oleh industri kreatif yang gilirannya kunci keberhasilan industri yang kreatif terletak pada SDM yang kreatif juga. Terdapat sejumlah jenis/kelompok industri kreatif yang dinilai dapat dikembangkan di Indonesia. Secara umum pengembangan industri membutuhkan sekurang-kurangnya empat pilar (soko guru) utama yakni bahan baku (resources), teknologi (technology), sumber daya manusia (SDM) (human resources), dan lembaga-lembaga pembiayaan (financial intitutions).
Maksud dari industri kreatif berbasis sumber daya alam adalah industri kreatif yang memanfaatkan bahan baku yang berasal dari alam termasuk di antaranya pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, pertambangan, dll. Semuanya itu membutuhkan kekreativitasan karena kreatifitas dapat menentukan daya saing suatu bangsa, pengembangan ekonomi dan industri juga membutuhkan kreatifitas agar menghasilkan produk-produk dan pada akhirnya perkembangan ekonomi yang mampu membawa bangsa tersebut berdiri di depan (leading) bangsa-bangsa lain.
Meskipun tersedia pilihan teknologi yang beragam, namun kondisi geografis, termasuk kelimpahan dan kemampuan tenaga kerja dan SDM, menyebabkan pemilihan teknologi tidak dapat sangat leluasa. Suatu pengembangan industri berteknologi tinggi yang mengurangi tenaga kerja justru dapat berakibat naiknya tingkat pngangguran. Tetapi di sisi lain, industri dengan teknologi madya atau rendah sering menghasilkan “return” (yakni keuntungan) yang kecil. Dilema seperti ini perlu disikapi para pengambil kebijakan semisal Pemerintah.
Kabupaten Purworejo dengan wilayahnya yang terdiri dari daerah perbukitan dan daratan, telah banyak mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya alam misalnya dalam pengusahaan pertanian perkebunan, perikanan, dll sebagai andalan dalam pembangunan dan pengembangan ekonominya. Potensi ini dapat disinergikan dengan pola dan arah pembangunan industrinya khususnya industri kreatif untuk menghasilkan produk dengan daya saing yang tinggi.
Selain itu, faktor populasi penduduk dan tingkat pendidikan sangat mempengaruhi jenis industri yang akan dibangun. Tetapi membangun industri dengan menerapkan kebijakan padat industri sekaligus padat karya akhirnya membebani keuangan perusahaan yang berakibat PHK (Putus Hubungan Kerja) besar-besaran, dan dampak selanjutnya persoalan perburuhan yang tak kunjung henti. Sehingga pembangunan ekonomi melalui industrialisasi yang diharapkan mampu memecahkan persoalan pengangguran justru sebaliknya yaitu malah menciptakan pengangguran. Ini sebuah ironi yang penting menjadi pelajaran bagi daerah lain di negara berkembang dengan populasi tinggi seperti di Indonesia.
Banyak referensi yang mengartikan atau mendefinisikan tentang industri kreatif. Tapi, penulis mampu mendefinisikan sendiri mengenai industri kreatif yaitu semua industri yang mengandung unsur kreatifitas dapat dikategorikan pada industri kreatif. Padahal semua industri membutuhkan kreatifitas sehingga semua industri pada dasarnya adalah industri kreatif, sehingga istilah industri kreatif menjadi intilah yang redudance, rancu, mereduksi makna, dan bahkan membingungkan. Penulis tidak mendiskusikan definisi ini, tetapi pada pendirian bahwa semua industri adalah industri kreatif. Karena merancang pesawat terbang, membuat chip komputer juga membutuhkan kreativitas, yang tidak harus sarat dengan unsur seni. Dengan kata lain yang bersifat kreatif tidak selalu harus mengandung unsur seni.
Akan tetapi karena penulis menganggap semua industri adalah industri kreatif maka penulis tidak menerapkan pengelompokan tersebut secara ketat. Pemikiran yang harus dikemukanan adalah bagaimana membangun industri berbasis  sumber daya alam dengan mempertimbangkan faktor lingkungan akademik, kuantitas dan kualitas SDM (tenaga kerja), sumber pendanaan, dan kondisi geografis lokal lainnya.
KONDISI GEOGRAFIS DAN FAKTOR PENDUKUNG INDUSTRI
1.        Kondisi Geografis
Secara geografis, Kabupaten Purworejo dan daerah sekitarnya merupakan daerah yang memiliki wilayah perbukitan di bagian utara dan timur, serta daerah dataran di bagian barat dan selatan. Daerah perbukitan digunakan sebagai daerah perkebunan dan perhutanan, sedangkan daerah dataran sangat sarat dengan kegiatan pertanian (padi sawah). Ke arah selatan yang berbatasan langsung dengan Lautan Indonesia posisinya sangat menguntungkan karena memiliki potensi dan akses sumber daya alam laut.
2.        Bahan baku (Resources)
Menilik potensinya bahan baku dari industri kehutanan dan pertambangan tampaknya tidak terlalu menyolok, meskipun di masa yang akan datang tetap berpeluang dapat dikembangkan. Misalnya pada industri kreatif berbasis bahan baku kehutanan. Meskipun tidak ada wilayah kehutanan, namun usaha-usaha penghijauan dengan menanam tanaman hutan produksi dapat mendukung industri kreatif seperti furniture dan kerajinan. Begitu juga dengan hasil-hasil pertanian padi sawah termasuk limbahnya juga dapat dimanfaatkan untuk industri baik bersifat tradisional maupun industri modern kreatif. Seperti jerami yang biasa menjadi pakan ternak kini menjadi usaha bisnis jamur. Demikian pula dengan kulit padi. Dedak dan katul dapat digunakan bukan saja untuk ternak tetapi dengan sentuhan teknologi modern juga dapat menjadi pangan manusia yakni berupa sereal.
3.        Teknologi
Industri yang dapat dikembangkan di Kabupaten Purworejo dan sekitarnya memiliki pilihan yang luas, dari teknologi sederhana, madya bahkan dapat diterapkan teknologi tinggi. Industri kreatif budidaya jamur, kerajinan tangan (gerabah, ukiran, dll.) misalnya masih dapat dipilih pada jenis teknologi madya atau sederhana. Sedangkan industri sereal menggunakan teknologi madya tapi menggunakan teknologi tinggi yang membutuhkan peralatan dan mesin-mesin canggih juga membutuhkan SDM yang berpendidikan tinggi. Secara teknologi sederhana merang (kulit padi) dapat digunakan sebagai bahan baku media tanam, tetapi dengan teknologi pula merang dapat digunakan sebagai bahan baku industri arang aktif, yang jika dikehendaki hasil berkualitas baik memerlukan teknologi yang tinggi.
4.        Sumber Daya Manusia (Manpower)
Meskipun di Kabupaten Purworejo belum cukup memiliki infrastruktur dan lingkungan akademik yang memenuhi syarat untuk pengembangan industri (kreatif) berteknologi tinggi, namun sumber daya manusia yang (pernah) ada di Purworejo masih dapat dimanfaatkan untuk membantu pembangunan Purworejo. Telah banyak putra putri Purworejo mengenyam pendidikan tinggi meskipun tidak berdomisili di Purworejo. Inilah aset yang perlu dimanfaatknan secara jeli oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten Purworejo.
5.        Lembaga Finansial
Meskipun lembaga pemodalam memegang peran penting, namun banyak industri kreatif yang dapat dimulai dengan modal kecil yang tidak tergantung pada lembaga pemodalan. Kuncinya terletak pada kreatifitas dan keuletan calon industriawannya sendiri. Peran pemerintah yang diharapkan adalah sisi pemasaran prosuk hasil industri kreatif termasuk pemasaran ke luar negeri agar pangsan pasarnya tidak berkutik di dalam negeri saja.
Bidang-Bidang Industri Potensial
1.      Agroindustri
Seperti industri pertanian, kehutanan, perkebunan, perikanan, dan kelautan serta produk-produk bahan hasil pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan (ikan, udang, kepiting, dll.) dll.
2.      Industri Ecowisata
Mengandalkan ketersediaan sumber daya alam berupa objek-objek alam yang dapat diubah dan/atau dikemas menjadi objek wisata lingkungan (ecowisata), berwisata sekaligus mengenal (untuk mencintai) alam dan lingkungan. Seperti di Gua Kiskendo, Peternakan kambing Etawa, Bedug Kiai Bagelen, Sungai Bogowonto, proses membatik di sentra-sentra batik seperti Baledono, dan masih banyak objek-objek lainnya.
Dai sekian penjabaran di atas, memang terdapat sejumlah bidang industri dengan sumber daya pendukungnya yang dapat dikembangkan sebagai industri (kreatif) di sekitar Kabupaten Perworejo. Tersedia bahan baku, objek-objek dan wahana yang dapat diberi sentuhan teknologi dan keterampilan dan keterampilan SDM untuk memperoleh nilai tambah (added value). Ketimbang dijual/diekspor mentahan. Potensi ini perlu digarap serius untuk membangun industri kreatif yang pada akhirnya mampu meningkatkan ekonomi (kreatif) dan kesejahteraan di daerah tersebut.
Menilik kondisi geografi dan bermancam potensi soko guru industri juga yang ada di Purworejo, industri yang akan dapat dikembangkan di Kabupaten Purworejo dan daerah sekitarnya. Cenderung akan mendalkan bahan baku (material) yang berasal dari Sumber Daya Alam (SDA). Dengan kondisi dan tingkat pendidikan masyarakat (penduduk menetap) seta tingkat populasinya, pilihan teknologi untuk mendukung pengembangan industri cenderung pada teknologi madya atau pendidikan, sehingga tingkat pendidikan masyarakat yang secara bertahap meningkat, tidak menutup kemungkinan pengembangan industri kreatif yang ditopang oleh teknlogi yang tinggi.
Terkait dalam hal pemodalan, seandainya lembaga pemodalan belum cukup akomodatif untuk mendukung pengembangan industri kreatif, pemodal (individu) skala kecil tetap dapat memulainya, karena industri kreatif dapat dimulai dari industri kecil (UKM) berskala rumahan (home industry). Peran wirausahawan (entrepreneur) amat kuat dan sentral sementara Pemerintah Daerah perlu memberi dukungan fasilitasi, promosi dan pemasaran termasuk pameran produksi dan lain-lain baik di dalam maupun di dalam negeri agar industri kreatif bisa berkembang sesuai dengan keinginan bersama.

SEMOGA BERMANFAAT
Twitter: @ilhamsangjuara
FB/E-mail: moh_ilham22@yahoo.co.id

0 komentar:

Posting Komentar

HTML

Powered By Blogger

SALJU INDAH