Hari ini aku terbangun dari tidur, mata masih
kedap-kedip, rambut acak-acakan, bau keringat yang mantap, mengerak-gerakkan
badan hingga bunyi kruatak kruuuuatak kayak ada tulang yang lagi patah,
tapi sumpah terasa enak banget. Di pagi-pagi itu aku coba tuk mencari kunci
lemari yang telah ditaruh sama adikku dengan tujuan tuk mengambil dan
menghidupkan ‘mesin kotakku’ yang berwarna item, kletak-kletuk
menulis dan merangkai kata di hadapan monitor netbook yang terus ku
pantengin. Aku menulis penuh dengan semangat sebagai realisasi dari
janjiku di tulisan blogku yang kemarin tuk sehari nulis selembar atau
lebih yang bakal ku cantolin di dalam blog ini. Tema yang ingin aku tulis di
sini kayaknya berbau tentang kejujuran dan kehati-hatian seseorang, ya tema
yang sesuai dengan J-U-D-U-L di atas sono tuh.
Sebenarnya tema ini terinspirasi kisah penulis sendiri
dan dari buanyak peristiwa yang ada di sekeliling penulis. Terutama tepat
kemarin hari Selasa 09 Oktober 2012 kemarin di salah satu masjid Surabaya yang
tak boleh disebutin merknya, hehe.
Ada kejadian yang mengejutkan! Temanku sendiri yang
bernama Mr. XY menjalani shalat Dhuhur jama’ah dengan amat khusyuk. Di
tengah-tengah kekhusyukannya, dia tak sadarkan diri kalau barang bawaannya
berupa tas, buku perpustakaan, laptop, dan barang lainnya ditaruh dengan
khusyuk juga tepat dibelakangnya dekat tiang masjid. Katanya sih hal ini baru
pertama kali, sebelum-sebelumnya dia sering menaruh barang bawaan selalu
terlihat saat shalat berlangsung semisal di shaf pertama dan barang bawaannya
tadi berada di depannya sehingga proses controlling bisa terjaga sangat
ketat. Tas yang berisi barang mewah itu, ditumpuki dengan jaket hitam.
4 rakaat sudah terlalui dengan mantap, ketika berdzikir sebentar dan
menoleh ke belakang berniat mengambil tas tuk dibawa dan bersiap
menjalani aktivitas lain. Eh ternyata nasib tasnya sudah terlalui juga oleh
pihak maaf ‘bajingan!’ Hanya jaket yang tertinggal dan tersisa.
Sering juga aku mendengar kabar lain dari
kerabat-kerabat dekat atau pun kerabat jauh. Banyak barang yang hilang malah di
tempat-tempat yang dianggap suci, sasarannya mushala atau pun di masjid.
Pengalamanku juga pernah kehilangan di salah satu tempat suci itu. Kehilangan
ratusan ribu rupiah yang bikin ngenes, pasrah, dan bercampur tanda tanya juga sih.
Ini juga mungkin berlaku buat korban-korban lain seperti temanku tadi!
Ngenes karena barang yang dimiliki kok tiba-tiba
hilang tanpa izin si empunya (kalau izin bukan maling bos namanya!). Apalagi
barang itu barang very important atau barang mewah. Apa gak ngenes
tuh orang!
Iya kalau kehilangan permen satu, mungkin semenit ngenesnya udah ilang ato
malah gak ngenes blas. Kalau kehilangan uang 10 ribu, mungkin
ngenesnya 10 menit. Kehilangan hp ngenesnya sehari/2 hari. Kalau kehilangan
laptop, motor, mobil, rumah, anak, pacar, suami, istri, atau malah kehilangan
'iman' gimana? hehehe, bisa-bisa tahun menahun tuh ngenesnya! Bisa-bisa
jadi stress tuh orang! Kok gak mikir blas ya tuh maling?! Dasar maling!
Mending kerja kan enak, halal demi masa depan... Semisal Pijat kayak di fotoku
ini, hehe:
Pasrah, ini mungkin ekspresi spontan yang
langsung lemes tanpa gairah, wajah melas dan pasrah serapah bak tak bertenaga
sama sekali. Kalau sudah kehilangan gini terkadang pasrah terimbangi dengan
kalau gak berdo’a sama Tuhan super khusyuk ya usaha nyari-nyari orang
pinter (semi dukun) yang bisa menerawang keberadaan barang yang telah
menghilang tanpa jejak itu. Ada juga yang berusaha menghibur diri “Ah mungkin
malingnya lagi butuh barang itu, belum rezeki.” tapi wajah melas tetap terlihat
dengan jelas.
Tanda tanya (?), ini yang aku sempat keluarkan statement
baru dari mulutku. Entah statement itu sebelumnya sudah ada atau belum
juga aku kagak paham. “Tak selamanya tempat suci itu, dimasukin sama
orang-orang yang suci juga!” Statement yang berangkat dari
pengalaman pribadi sebagai korban itu. Sempat juga di-iyakan sama teman-temanku
yang sesama korban kemalingan.
Di tempat lain, seringkali aku berbagi tips atau menasehati teman-temanku
saat berada di masjid atau mushala,
“Kalau ke kamar mandi, kencing, atau wudhu mending dibawa saja mas,
daripada ada sesuatu mas, kemarin teman saya kehilangan tas sewaktu shalat
adalagi juga pas ditinggal wudhu...” ucapku sok peduli dengan oranglain.
"Oh iya mas, terima kasih banyak ya infonya." dia menuruti
nasehatku dan menenteng tasnya menuju ke tempat wudhu.
Dari cerita singkat di atas itu ada pelajaran hebat
yang wajib kita aplikasikan dalam sehari-hari, KEJUJURAN &
KEHATI-HATIAN.
Kejujuran! Memang terlihat sepeleh dan tantangan
banget untuk melakukan itu. Tapi, percaya deh! Indah dan nikmat banget
ketika kita mulai ter-asah atau terbiasa menjalinya. Beda banget dengan warga
Jepang, semisal ada barang ketinggalan di toilet entah hp atau dompet. Dalam
beberapa hari barang itu tetap saja berada di situ dan aman sentosa, karena orang-orang
di sana sudah jadi kebiasaan yang mentradisi dan pantangan juga untuk mengambil
barang orang lain. Wih keren! Coba di Indonesia.....?!?!?!?!?!?!?
Kehati-hatian! Memang benar Tuhan telah menyuruh
makhluk-Nya untuk selalu berbaik sangka kepada siapa pun. Tapi melihat realita
yang ada, apa salahnya kita mawas diri untuk penuh kehati-hatian. Ini juga bisa
dijadikan bentuk rasa syukur kepada-Nya dengan cara menjaga rezeki yang telah
diberikan kepada kita.
Kejujuran dan kehati-hatian itulah yang mungkin bisa
penulis share. Bukan hanya di masjid atau mushala yang terlihat suci
tapi ada segelintir orang yang mengotori kesuciannya. Tapi dalam segala hal,
jangan sampai terkecoh. Inget dalam segala hal ya?!
Entah itu tempat yang terlihat suci atau hingga seseorang yang terlihat
baik (agamis). Hati-hati, jangan sampai terlena dengan kesucian dan kebaikan
tadi. Entah jeluntrungannya ternyata ada sesuatu yang gak bikin alhamdulillah
malah bikin astagfirullah... Amankan kepemilikan kita sekecil apapun
karena itu investasi buat masa depan di diri kita sendiri.
#Gerakan JUJUR & Hati-Hati!
0 komentar:
Posting Komentar