Welcome Myspace Comments

Sabtu, 17 Desember 2011

CINTAI AKU!


Tepatnya pada Rabu, 07 Desember 2011. Mata elangku mampu menerkam coretan-coretan tanganku yang telah lama tersimpan oleh dinginnya waktu yakni sekitar ½ tahun yang lalu, inilah coretanku:

*********************

Di dalam arena kehidupanku, Aku telah mampu merasakan berbagai gejolak hidup bahwa aku adalah orang yang amat hina di mata orang-orang di sekitarku. Rasa perbedaan yang mencolok membuat semua mata hati mereka seakan tuna netra, seakan buta! Sehingga tak ada celah sedikit pun padaku untuk mencoba menjalin komunikasi sebagaimana layaknya manusia. Manusia macam apa aku ini, hidup disekian banyak manusia bernyawa dan tak ada sedikit pun yang peduli padaku, hanya segelintir! Aku sempat bertanya pada sang pembuat nyawa di atas sana, kenapa dalam hidupku telah diciptakan sebuah istana yang dinamakan ‘hati’? Kenapa aku harus memiliki hati yang sebenarnya tak ingin aku miliki? Hampir keseluruhan hidupku hanya merasakan kepedihan, dan hanya dengan hatikulah yang mampu merasakan betapa merananya kesengsaraan hidupku ini. Seandainya, Aku sanggup menghentikan rasa peka dalam hatiku ini, aku pasti bersyukur karena tak merasakan apa yang telah ku rasakan selama ini. Aku mencoba menjalani apa yang ku imajinasikan tadi. Namun, semua itu malah membuatku merasa pedih dalam menjalani hidup yang penuh dengan duri-duri tajam. Meski aku terlahir sebagai cowok, rasa sedih berkepanjangan pun tetap ku rasakan. Aku sadar bahwa banyak orang yang mengatakan kalau jadi cowok itu harus bisa tegar! Aku telah berusaha tegar dan sedikit berhasil, tapi seakan aku sebagai ‘pembohong hidup’ yakni menyembunyikan sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu fakta terjadi! ternyata sakit! Rasa sakit ternyata tak mengenal jenis kelamin manusia, barang siapa yang merasakan betapa merananya hidup, ia pasti merasakan dengan bahasanya sendiri dan begitu juga sebaliknya.

Sungguh luar biasa memang, ketika antara hati dan seluruh anggota badan manusia seakan mampu menjalin kemitraan yang erat. Saat hati ini merana atau pun gundah gulana, wajah yang suram tampak dengan jelas, dan saat hati ini berbunga-bunga seakan wajah melihat jelas gratis bidadari di dunia surgawi sana. Ah, entahlah hidup ini, sampai saat ini aku belum mampu mengaktifkan kepekaan hatiku bahwa aku belum merasakan kenikmatan hidup, yang ada hanyalah kebingungan, hinaan, cercaan, disakiti, diasingkan, didiskriminasikan, dianggap sampah, dan hidupku seakan virus yang wajib dibasmi. Sebegitu parahkah hidupku ini? Hingga tak ada satu pun makhluk-Nya berani mendekatiku, merasakan, dan masuk dalam dunia pertualangan hidupku. Tak ada satu pun yang telah rela menganggapku sebagai layaknya manusia pada umumnya.

Mereka sangat melihatku dengan sebelah mata hati mereka, tak mampukah mereka menganggapku secara integral bukan malah parsial. Mereka memang diciptakan sebagai manusia, itu semua sama denganku juga, aku juga manusia. Sesosok manusia dimana sangat diagungkan sebagai ciptaan-Nya yang sangat sempurna. Tapi, mengapa mereka tak mampu merasakan apa yang telah aku rasakan selama ini. Mereka sungguh naïf tak menganggapku sebagai manusia pada umumnya.

Apa inikah sejatinya hidup, sejatinya hanya berisi kesengsaraan. Aku sangat muak dan bosan terhadap kesengsaraanku. Tak bisakah aku bahagia dan mampu tersenyum lebar seperti halnya manusia-manusia lainnya. Tak mampukah aku menjadi manusia yang beruntung. Aku sempat berpikiran sempit, apa aku tercipta sebagai manusia yang memiliki nasib mutlak yakni sengsara? Aku tak mampu menceritakan betapa aku merana tercipta sebagai manusia yang serba akan kekurangan pada alam semesta, alam semesta seakan ogah mendengar keluh kesahku. Wahai penguasa jagad raya! Kepada siapa aku mencari pembimbing di dunia ini, aku tak mampu berjalan dengan sendiri, AKU BUTUH MAKHLUK-MU YANG SANGGUP MEMBIMBING DAN MEMAHAMI SIAPA AKU.

Kapan Engkau memberikanku keajaiban-keajaiban sebagaimana Engkau telah memberikannya pada manusia-manusia yang beruntung lainnya? Tolong… tolong… bantu aku untuk menjalani proses kehidupan yang engkau desain ini. Aku adalah hambamu yang lemah maka anugrahkanlah aku kekuatan, aku adalah hambamu yang amat hina, maka anugrahkanlah padaku derajat yang lebih, aku hanyalah hamba-MU yang terus-menerus berdo’a agar Engkau rela untuk mencabut ketidak beruntungan hidup dalam diriku. Aku ingin tercipta sebagai manusia yang beruntung, tiap hari aku tuangkan mutiara do’aku kepada-MU agar keberuntungan bersarang pada diriku, tapi saat ini yang ku dapatkan adalah sebaliknya. Apa ada yang salah dalam diriku ini? Apa Engkau memang sengaja mempermainkan kehidupanku? dan apa memang engkau bermaksud mentraining kehidupanku agar kelak aku menjadi pemuda sang juara? Tapi entahlah biar sejarah yang berbicara, biarlah waktu yang berkuasa dan mencatat keluh kesah yang aku rasakan ini, ibarat warna-warni kehidupan yang ada di semesta ini, hidupku hanya memiliki warna kegelapan yakni hitam pekat permanen (parah bangetkan???)

Hidupku seakan bagaikan sinar yang gelap gulita menatap peluang masa depan, tak ada sinar pencahayaan sedikit pun. Aku berjalan dalam impianku berusaha menerawang dan meraba sebuah harapan yang tertuang berupa setitik sinar.

Dikegelapan itu aku mendekati titik sinar yang berada jauh di sana, tiap selangkah yang ku jalankan, setitik sinar itu sekan berlari mundur menjahuiku.

Manusia macam apa aku ini! Meski waktu terus-menerus berjalan dengan mulus, tapi hidupku tak mampu berjalan mulus sepertinya. Memang sang penguasa jagad raya, makhluk-Nya, hingga waktu pun sangat misterius seakan tak memberiku celah sedikit pun padaku untuk tersenyum, aku ingin tersenyum lepas hingga semua penat hilang berbaur dengan hembusan angin malam. Biar semua rasa ketidakberuntunganku membeku dan akhirnya meleleh dari dinginnya malam. Tapi semua itu tidak bisa! Kenapa? Apa aku banyak segunung noda kehidupan sehingga aku tak mampu memegang sebutir pasir surgamu yang nantinya mampu membawaku pada kehidupan yang damai? Apa aku buta mata hatiku melihat kenikmatan yang sebenarnya telah Engkau anugrahkan kepadaku? Apa karena manusia sering menghinaku hingga Engkau mengikuti tingkah manusia-manusia yang sebenarnya merupakan makhluk-MU? Apa karena aku bodoh menafsirkan kehidupan hingga Engkau sakit hati padaku? Ah apa yang aku pikirkan semua ini! Memang saat aku merasa gelisah, inilah yang sering aku jalani dengan pikiran kacau balau, selalu menebak-nebak atas sesuatu peristiwa yang aku alami. Itulah yang hanya aku dapat lakukan: berimajinasi, bermimpi, berfilsafat, dan menebak-nebak jalannya proses kehidupanku sebelumnya, kini dan nanti.

Aku sangat tidak paham sebenarnya, apakah yang aku lakukan selama ini membuat sang penguasa jagad raya murka atau malah Beliau berbangga diri melihat makhluk-Nya yang sangat aktif atau mengaktifkan segala apapun yang dimiliki mulai pemikiran atau kekuatan fisik, yang jelas aku masih merasakan betapa pilunya aku menjalani kehidupan aneh ini. Kehidupan yang sebenarnya menginginkan yang indah padaku. Sungguh berat sudah beban hidup yang ku alami aku hanya berharap pada-Nya dan manusia-manusia yang dalam tafsiranku selalu menghina dan mencerca kehidupanku tiada henti tanpa berani merasakan apa yang telah aku rasakan dengan langkah CINTAI AKU!

Ya itulah yang aku rasakan dulu, sekarang...


SEMANGAT itulah modalku...!!!

0 komentar:

Posting Komentar

HTML

Powered By Blogger

SALJU INDAH