Minggu 09122012 sekitar Pukul 18.45 Wib, Mojokerto seperti
diguncang awal kiamat (hujan angin). Benar-benar terasa ketakutan yang ada di
sekitar rumahku dalam upaya melalui monster mengerikan itu, hingga mereka
semburat keluar ketakutan tertimbun dengan rumah yang berpeluang bakal roboh
tersapu angin. Apalagi listrik padam, suasana genting yang bercampur dengan
menyuarakan lafal Allah menjadi satu. Adzan dan dzikir lain pun tak kalah
kencang dengan angin yang berhembus waktu itu. Tak peduli cowok, cewek pun
ikut-ikutan melafalkan adzan. Anak kecil hingga dewasa terus berkomat-kamit
atas lafal Surga-Nya, seakan dengan suasana seperti inilah, kita semua yang ada
di sana semakin terlihat kecil dan tak berdaya di sisi Allah SWT.
Malam semakin gelap, suara gesekan angin dan daun-daun mangga yang
besar di depan rumah menambah ketakutan keluargaku dan tetanggaku. “Robohkah?”
Itulah bayangan mereka. Alhasil sampai saat ini, mangga itu mampu berdiri tegak
dan tetap sehat. Hanya pohon mangga kecil yang di depannya yang roboh,
genting-genting tetanggaku yang berterbangan bebas, tiang antena yang roboh,
pohon pisang roboh, dan banyak lagi yang lainnya.
Entah dalam kondisi saat itu, mengapa aku punya insting tuk meluncur
ke Mojokerto berkumpul dalam keluarga dan menyatu menikmati kegalauan masal
itu. Apalagi ketika kejadian itu, orang-orang ku sayangi tiba-tiba terbelesit
dipikiranku.
“Amankan mereka di sana?”,
Kebanyakan mereka yang ku sayang menjawab “aman,”... meski mereka
belum tentu menyayangiku dengan tulus aku pun terucap dengan ikhlas tanpa beban
sedikit pun,
“Alhamdulillah...” sambil tetap menikmati hembusan angin dari-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar