Welcome Myspace Comments

Selasa, 23 April 2013

MH #02 Manajemen Humor "Terkunci di Kost tak Mengunci Semangatku"


#Salam Ceria Demi Indonesia... ^_^
Tepat pukul 2 siang 19 April 2013. Aku dikejutkan dengan suasana depan kamar kostku yang sangat sepi, sepi banget kayak kuburan yang lagi transmigrasi. Cahaya rumah Bu Kost pun cukup gelap, udara lembab, bau menyengat, dan ada suara-suara misterius. Selidik punya selidik, ternyata suara misterius itu bersumber dari suara kucing mengeong sambil ngompol dan berak di lantai, pantesan nyengat haha. Di tengah-tengah keanehan itu, aku beranikan keluar dari dalam kost untuk siap-siap mandi dan melanjutkan aktivitas yang sudah aku agendakan sebelumnya. Langkahku harus hati-hati biar ndak kena ranjau dari kucing tadi.
Di dalam rumah itu, ada 3 kucing type persia milik Bu Kost. Rumahnya kayak kebun binatang, hehe. Untung aja cuma kucing yang dipelihara, bayangin kalau dia memelihara monyet, jerapah, buaya, komodo, gajah, atau bahkan memelihara dionosaurus, hehe... bakal jadi kost yang pasti sesuatu banget.
Kucing-kucing cantik tadi meliriku amat tajam ketika aku jalan menuju ke kamar mandi. Aku tak paham, kenapa tuh kucing menatapku setajam githu. Naksir mungkin ya? Hehe...
Tak seberapa lama dengan mandi super kilat, aku pun keluar dari kamar mandi. Lagi-lagi, aku melewati kucing itu dan tetap memandangku dengan tatapan amat mesra. Aku tak peduli dan tetap berjalan menuju kamar. Berdandan rapi tuk segera menepati janji ke kampus dengan Dosen Pembimbing Lapangan sewaktu KKN di Bojonegoro beberapa bulan yang lalu. Jam 3 tepat adalah janjianku sama Beliau. Aku harus tepat waktu dan tak boleh mengecewakan dosen yang jarang ke kampus itu. Pukul 14.30 WIB, cermin yang ada di kamarku dengan ukuran 0.5 x 1 meter sudah membuatku yakin tuk melangkah ke luar kost.
Aku kunci kamar kost dan siap-siap melangkah. Cuma ya itu, lagi-lagi kucing tadi tetap memandangiku dengan wou! aku acuh tak acuh, tapi sedikit terselip pertanyaan, “apa maksud kucing-kucing itu, padahal tak biasa-biasanya seperti ini.” Tafsirku seakan kucing itu memberikan firasat dan ingin berkomunikasi denganku panjang lebar. Sudahlah, aku tak menghiraukan. Aku tetap melangkah menuju pintu keluar rumah Bu Kost yang berjarak sekitar 10 langkah dari kamarku.
Ternyata benar, kucing tadi memberikan firasat yang buruk. Kucing itu cerdas! Kucing itu hebat! Keren juga tuh kucing! AKU TERKUNCI DI DALAM RUMAH YANG GELAP TADI. Haaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!! Hhuuuuaaaaahhhhkkkh...!!! Padahal jam 15.00 WIB, aku harus ketemuan dengan Bu Dosen. Paling tidak aku masih ada waktu 30 menit untuk memeras otak dan baju, memeras otak buat mikir. Sedangkan memeras baju, karena aku keluar keringat cemas.
Bu Kostku tadi aneh banget, kagak tau kalau aku masih ada di dalam rumah. Terus pakai main kunci segala. Pantesan si kucing tadi mantengin aku. Ini toh jawabannya, TERRRRRKUNCI!
Ada beberapa solusi biar aku bisa terbebas, kayak mecahin kaca. Cuma ya githu, semua warga sekitar dipastikan pada berdatangan liat sumber suara; nungguin bu Kost dateng, iya kalau sejam dua jam, kalau seminggu?; mau pakai jurus menghilang aku juga kagak punya; membuka jendela cuma ada penyangga besi yang hanya ada jarak sekitar 20 cm.
Diantara solusi-solusi aneh itu, aku milih solusi yang terakhir yaitu mencoba keluar membuka jendela yang sangat sempit. Barang-barang bawaanku sudah ku taruh di depan rumah lewat celah-celah tadi. Kaki kananku mulai ku masukkan, dan diikuti kaki kiriku. Awalnya mudah, ketika aku lanjutkan untuk berjuang keluar. Ternyata sulitnya minta ampun. Apalagi ketika bersih kukuh ingin keluar, pahaku mulai kepencet diantara jendela itu, sakiiiit banget... Aku nyerah dan kembali masuk lagi sambil si kucing tadi memantengiku dengan penuh konsentrasi dan menikmati kegalauanku yang tetap menjaga cengar-cengirku sambil mbatin “Aku kok bisa ke kunci githu lho, aneh-aneh!”.
Janjianku dengan Bu Dosen semakin mendekati waktu yang telah disepakati. Aku semakin bingung, gimana caranya keluar dari rumah ini. Aku sms dan telpon Bu Kost tak ada respon sama sekali. Ingin aku berteriak, biar spiderman, batman, naruto, atau bahkan eyang subur datang membantuku. Tapi, aku ndak ingin merepotkan mereka, hehe.
Percobaanku pertamaku tadi dinyatakan gagal dengan terselip ekspresi cengar-cengir sendiri. Aku tak ingin menyakiti tubuhku yang tergencet jendela yang tak bisa terbuka lebar itu. Aku mikir, sampai paha saja sakitnya minta ampun. Gimana kalau atasnya paha? Hehe, perut ama kepala maksudnya... (dilarang ngeres.co.id @_@)
Ketakutanku tadi tiba-tiba terpatahkan karena virus the power of kepepet. Aku paksakan tubuhku ini tersakiti, yang terpenting hati terdalam ndak tersakiti dan bisa tepat janji (hehe). Keputusan sudah diputuskan dan palu sudah diketok. Aku pun mencoba lagi, kaki kanan dan kiri sudah berhasil keluar seperti percobaan awal dengan posisi bisa dibayangkan sendiri, hehe.
Paha yang kepencet tadi memang berasa sakit banget. Kini aku ulangi dan mulai menahan rasa sakit itu. Semakin aku berusaha untuk keluar membebaskan diri. Aku semakin merasakan pula rasa sakit yang luar biasa. Mulai paha, atasnya juga hehe, dan sampai perut.
Di bagian ini, aku seakan terkunci. Perjuangan sukses 65%. Cuma 35% sisanya seakan aku sudah mati langkah tidak bisa berbuat apa-apa. Ingin aku teriak minta tolong. Tapi ya githu, malah entar dikira maling atau gimana. Di sini cuma ada 2 pilihan. Maju untuk membebaskan diri atau mundur tuk jadi pecundang. Aku pun tetap berjuang biar tak jadi pecundang. Untung saja aku tak terlalu gemuk. Bayangin kalau aku gemuk, bisa jadi jendela itu jebol dan bakal totalan sama yang punya rumah.
Perjuangan yang mengenaskan itu akhirnya berhasil sampai di leher. Dari situ, aku semakin bingung. Kepala yang berisi otak itu, kok susah banget ya keluar bebas? Beberapa menit aku bingung mau dikemanain ini kepala kok susah banget keluar. Keringat terus membasaki pakaianku yang sudah rapi. Untung gak ada temen kost yang lewat. Kalau ada yang lewat pasti kelihatan lucu, lucu melihat manusia yang kepalanya lagi kesangkut jendela. Ngenes banget dah pokoknya. Bawaannya pengen ngelus dada.
Perjuangan tetap berlanjut. Kepalaku ini lumayan juga terasa sakit. Berusaha terus terusan, ternyata hidungku yang tidak terlalu maju ini ternyata masih nyangkut juga dan membuatku semakin ngenes. Aku ndak bisa kebayang kalau hidungku sepanjang Andre Taulani atai Pinokio dijamin ndak bisa keluar. Mau mundur dan masuk ke dalam lagi juga lucu. Istilahnya nyerah padahal kemenangan sudah di depan mata. Itu ndak Ilham banget!
Keterdesakaan itu aku pun tetap berjuang, menjalani kejadian aneh kayak gini. “Fight!” 1 kata yang punya jutaan makna. Akhirnya kejadian aneh bin ngenes itu pun sukses terlewati. Parfum yang ada di pakaianku tiba-tiba drastis menjadi kecut lebus kena keringat. Dutambah lagi, kayaknya kakiku kena ranjau si kucing,,waduuuh! Pantesan bau... hehe.
Kejadian ini kecil dan seakan terlihat sepele. Namun, hikmah yang bisa aku ambil sangat luar biasa, adalah berjuang harus totalitas meski harus tertawa-tawa sendiri! cengar cengir sendiri! Proses perjuangan tak usah dipikirin, yang terpenting target itu berhasil dan tak merugikan orang sekitar.
“Terkunci di Kost tak Mengunci Semangatku “ (makna sempit)
“Terkunci di Kondisi Terdesak tak Mengunci Semangat Kita.” (makna luas)
#Salam Ceria Demi Indonesia... ^_^

1 komentar:

UII Official mengatakan...

artikelnya lucu, hehehe
salam kenal dari saya mahasiswa fakultas Ekonomi :)

Posting Komentar

HTML

Powered By Blogger

SALJU INDAH