#Salam Ceria Demi Indonesia... ^_^
Tepat pukul 2 siang 19 April 2013. Aku dikejutkan dengan suasana depan
kamar kostku yang sangat sepi, sepi banget kayak kuburan yang lagi transmigrasi.
Cahaya rumah Bu Kost pun cukup gelap, udara lembab, bau menyengat, dan ada
suara-suara misterius. Selidik punya selidik, ternyata suara misterius itu bersumber
dari suara kucing mengeong sambil ngompol dan berak di lantai, pantesan nyengat
haha. Di tengah-tengah keanehan itu, aku beranikan keluar dari dalam kost untuk
siap-siap mandi dan melanjutkan aktivitas yang sudah aku agendakan sebelumnya. Langkahku
harus hati-hati biar ndak kena ranjau dari kucing tadi.
Di dalam rumah itu, ada 3 kucing type persia milik Bu Kost.
Rumahnya kayak kebun binatang, hehe. Untung aja cuma kucing yang dipelihara,
bayangin kalau dia memelihara monyet, jerapah, buaya, komodo, gajah, atau bahkan
memelihara dionosaurus, hehe... bakal jadi kost yang pasti sesuatu banget.
Kucing-kucing cantik tadi meliriku amat tajam ketika aku jalan
menuju ke kamar mandi. Aku tak paham, kenapa tuh kucing menatapku setajam
githu. Naksir mungkin ya? Hehe...
Tak seberapa lama dengan mandi super kilat, aku pun keluar dari
kamar mandi. Lagi-lagi, aku melewati kucing itu dan tetap memandangku dengan
tatapan amat mesra. Aku tak peduli dan tetap berjalan menuju kamar. Berdandan rapi
tuk segera menepati janji ke kampus dengan Dosen Pembimbing Lapangan sewaktu
KKN di Bojonegoro beberapa bulan yang lalu. Jam 3 tepat adalah janjianku sama
Beliau. Aku harus tepat waktu dan tak boleh mengecewakan dosen yang jarang ke
kampus itu. Pukul 14.30 WIB, cermin yang ada di kamarku dengan ukuran 0.5 x 1 meter
sudah membuatku yakin tuk melangkah ke luar kost.
Aku kunci kamar kost dan siap-siap melangkah. Cuma ya itu, lagi-lagi
kucing tadi tetap memandangiku dengan wou! aku acuh tak acuh, tapi sedikit
terselip pertanyaan, “apa maksud kucing-kucing itu, padahal tak biasa-biasanya
seperti ini.” Tafsirku seakan kucing itu memberikan firasat dan ingin
berkomunikasi denganku panjang lebar. Sudahlah, aku tak menghiraukan. Aku tetap
melangkah menuju pintu keluar rumah Bu Kost yang berjarak sekitar 10 langkah
dari kamarku.
Ternyata benar, kucing tadi memberikan firasat yang buruk. Kucing
itu cerdas! Kucing itu hebat! Keren juga tuh kucing! AKU TERKUNCI DI DALAM
RUMAH YANG GELAP TADI. Haaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!! Hhuuuuaaaaahhhhkkkh...!!! Padahal
jam 15.00 WIB, aku harus ketemuan dengan Bu Dosen. Paling tidak aku masih ada
waktu 30 menit untuk memeras otak dan baju, memeras otak buat mikir. Sedangkan
memeras baju, karena aku keluar keringat cemas.
Bu Kostku tadi aneh banget, kagak tau kalau aku masih ada di dalam rumah.
Terus pakai main kunci segala. Pantesan si kucing tadi mantengin aku. Ini toh
jawabannya, TERRRRRKUNCI!
Ada beberapa solusi biar aku bisa terbebas, kayak mecahin kaca. Cuma
ya githu, semua warga sekitar dipastikan pada berdatangan liat sumber suara;
nungguin bu Kost dateng, iya kalau sejam dua jam, kalau seminggu?; mau pakai
jurus menghilang aku juga kagak punya; membuka jendela cuma ada penyangga besi
yang hanya ada jarak sekitar 20 cm.
Diantara solusi-solusi aneh itu, aku milih solusi yang terakhir
yaitu mencoba keluar membuka jendela yang sangat sempit. Barang-barang bawaanku
sudah ku taruh di depan rumah lewat celah-celah tadi. Kaki kananku mulai ku
masukkan, dan diikuti kaki kiriku. Awalnya mudah, ketika aku lanjutkan untuk
berjuang keluar. Ternyata sulitnya minta ampun. Apalagi ketika bersih kukuh
ingin keluar, pahaku mulai kepencet diantara jendela itu, sakiiiit banget... Aku
nyerah dan kembali masuk lagi sambil si kucing tadi memantengiku dengan penuh
konsentrasi dan menikmati kegalauanku yang tetap menjaga cengar-cengirku sambil
mbatin “Aku kok bisa ke kunci githu lho, aneh-aneh!”.
Janjianku dengan Bu Dosen semakin mendekati waktu yang telah disepakati.
Aku semakin bingung, gimana caranya keluar dari rumah ini. Aku sms dan telpon Bu
Kost tak ada respon sama sekali. Ingin aku berteriak, biar spiderman, batman, naruto,
atau bahkan eyang subur datang membantuku. Tapi, aku ndak ingin merepotkan
mereka, hehe.
Percobaanku pertamaku tadi dinyatakan gagal dengan terselip
ekspresi cengar-cengir sendiri. Aku tak ingin menyakiti tubuhku yang tergencet
jendela yang tak bisa terbuka lebar itu. Aku mikir, sampai paha saja sakitnya
minta ampun. Gimana kalau atasnya paha? Hehe, perut ama kepala maksudnya...
(dilarang ngeres.co.id @_@)
Ketakutanku tadi tiba-tiba terpatahkan karena virus the power of
kepepet. Aku paksakan tubuhku ini tersakiti, yang terpenting hati terdalam ndak
tersakiti dan bisa tepat janji (hehe). Keputusan sudah diputuskan dan palu
sudah diketok. Aku pun mencoba lagi, kaki kanan dan kiri sudah berhasil keluar
seperti percobaan awal dengan posisi bisa dibayangkan sendiri, hehe.
Paha yang kepencet tadi memang berasa sakit banget. Kini aku ulangi
dan mulai menahan rasa sakit itu. Semakin aku berusaha untuk keluar membebaskan
diri. Aku semakin merasakan pula rasa sakit yang luar biasa. Mulai paha,
atasnya juga hehe, dan sampai perut.
Di bagian ini, aku seakan terkunci. Perjuangan sukses 65%. Cuma 35%
sisanya seakan aku sudah mati langkah tidak bisa berbuat apa-apa. Ingin aku
teriak minta tolong. Tapi ya githu, malah entar dikira maling atau gimana. Di
sini cuma ada 2 pilihan. Maju untuk membebaskan diri atau mundur tuk jadi pecundang.
Aku pun tetap berjuang biar tak jadi pecundang. Untung saja aku tak terlalu
gemuk. Bayangin kalau aku gemuk, bisa jadi jendela itu jebol dan bakal totalan
sama yang punya rumah.
Perjuangan yang mengenaskan itu akhirnya berhasil sampai di leher.
Dari situ, aku semakin bingung. Kepala yang berisi otak itu, kok susah banget
ya keluar bebas? Beberapa menit aku bingung mau dikemanain ini kepala kok susah
banget keluar. Keringat terus membasaki pakaianku yang sudah rapi. Untung gak
ada temen kost yang lewat. Kalau ada yang lewat pasti kelihatan lucu, lucu
melihat manusia yang kepalanya lagi kesangkut jendela. Ngenes banget dah
pokoknya. Bawaannya pengen ngelus dada.
Perjuangan tetap berlanjut. Kepalaku ini lumayan juga terasa sakit.
Berusaha terus terusan, ternyata hidungku yang tidak terlalu maju ini ternyata
masih nyangkut juga dan membuatku semakin ngenes. Aku ndak bisa kebayang kalau
hidungku sepanjang Andre Taulani atai Pinokio dijamin ndak bisa keluar. Mau mundur
dan masuk ke dalam lagi juga lucu. Istilahnya nyerah padahal kemenangan sudah
di depan mata. Itu ndak Ilham banget!
Keterdesakaan itu aku pun tetap berjuang, menjalani kejadian aneh
kayak gini. “Fight!” 1 kata yang punya jutaan makna. Akhirnya kejadian
aneh bin ngenes itu pun sukses terlewati. Parfum yang ada di pakaianku
tiba-tiba drastis menjadi kecut lebus kena keringat. Dutambah lagi, kayaknya
kakiku kena ranjau si kucing,,waduuuh! Pantesan bau... hehe.
Kejadian ini kecil dan seakan terlihat sepele. Namun, hikmah yang
bisa aku ambil sangat luar biasa, adalah berjuang harus totalitas meski harus
tertawa-tawa sendiri! cengar cengir sendiri! Proses perjuangan tak usah
dipikirin, yang terpenting target itu berhasil dan tak merugikan orang sekitar.
“Terkunci di Kost tak Mengunci Semangatku “ (makna sempit)
“Terkunci di Kondisi Terdesak tak Mengunci Semangat Kita.” (makna
luas)
#Salam Ceria Demi Indonesia... ^_^
1 komentar:
artikelnya lucu, hehehe
salam kenal dari saya mahasiswa fakultas Ekonomi :)
Posting Komentar