Selamat
pagi dunia, Aku ingin menyambut fajar ini dengan sentuhan semangat dan
keihlasan dalam melangkah. Merenungi waktu-waktu yang telah berlalu sebelum
menjalani aktivitas-aktivitas hari ini. Di pagi kemarin hingga malam, Aku telah
mencoba memberikan yang terbaik khususnya untuk diriku sendiri dan umumnya
untuk orang-orang di sekitarku.
Menjalankan
yang terbaik, itulah keinginan terkuatku. Aku hanyalah seorang yang biasa yang
sangat berharap keagungan-Mu untuk menjadi pribadi yang Engkau angkat derajatku
menjadi mulia di dunia dan akhirat. Aku bukan terlahir dari induk Singa yang
mampu melahirkan singa dengan aungannya yang menggema alam sejagad, Aku bukan
terlahir dari keluarga Hiu yang mampu menunjukkan gigi tajamnya di kerajaan, Aku
bukan terlahir dari induk Elang yang mampu terbebang bebas menikmati kerajaan Alam
Raya, Aku bukan terlahir dari bangsawan yang mampu berdiri tegak dengan daya
kemampuannya, Aku juga bukan cucu wali yang mungkin diberi langkah spesial
oleh-Nya untuk menampakkan kehebatan-kehebatannya, dan Aku juga bukan dari
keluarga HEBAT yang mempu menebarkan KEHEBATANNYA untuk memberikan yang
terbaik.
Lantas,
Apa Aku harus diam? TIDAK!
Meskipun
saat ini Aku bukan seorang yang luar biasa, bukan seperti singa, hiu, elang,
bangsawan, cucu wali atau keluarga HEBAT. Lantas kau yang di sana, jangan
seenaknya sendiri menghinaku dengan kemasan kegemulaianmu, kemanjaanmu, kesopananmu
atau pun dengan keangkuhan keilmuanmu yang sebenarnya Aku bosan dengan
kesemuannya itu.
Aku
ibarat semut hitam yang berjalan terus menerus, menabrak dan terus menabrak apa
yang ada di depanku sebagai tanda aku mencari jalan kemana pun untuk menemukan
sarang semut. Semua orang menganggap, semut itu berhati baik karena dengan
kesediaannya menyapa semut-semut yang lain dengan simbol bertabrakan satu sama
lain. Namun bukan hanya itu, ternyata Allah SWT memberikan jalan khusus yang
lurus untuk mempermudah menuju tujuan mereka atau ke sarang semut biar tak
melenceng ke mana-mana.(*Belajar Menafsiri sendiri*)
Begitu
juga denganku, ibarat kata Aku telah terlempar di dunia ini tiada strong
power yang mendampingiku. Tak ada istilah singa, hiu, elang, bangsawan,
cucu wali atau pun dari keluarga HEBAT yang menuntunku. Hanya Allah SWT dan keluarga
sederhanaku yang selalu mendorongku untuk kemudian berharap aku mampu berlari
kencang bahkan mampu melewati istilah-istilah itu. Tak pernah cuil sedikit pun
dalam benakku mengenai petuah dari keluarga sederhanaku,
“Nak, Suksesnya dari keluarga yang emang sudah
terlahir dari keluarga sukses itu sudah biasa!!! Sudah biasa banget!!! Namun,
kita nak yang sudah terlahir jadi keluarga biasa dan kemudian menjadi keluarga
yang SUKSES itu yang benar-benar baru LUAR BIASA!!!”
Saat
ini, sedikit banyak Aku telah menerapkan apa yang menjadi trend topic
novelis muda Ahmad Fuadi yang mengajarkan kita untuk bersungguh-sungguh dalam
beraktivitas dan selalu bersabar untuk menjadi pribadi yang beruntung. Dengan
modal itu, di usiaku yang awal 21 tahun ini. Aku berharap dan selalu berusaha
ekstra untuk mampu minimal seperti mereka yang telah terlanjur terlahir berasal
dari keluarga hebat.
*****
Di
Surabaya ini, Aku berjuang untuk survive dan berkarya agar pribadi ini
tak akan miskin dalam segalanya (miskin ilmu maupun harta). Fokus di produk
Pijat cap STIWI Syar’i yang telah ku jalani 3 tahun lamanya. Alhamdulillah,
saban hari aku menemui pasien per pasien untuk dipijat dari kamar satu ke kamar
lain dan sangat berharap panen rezeki di sana. Tak hanya keletihan dan uang
yang menjadi prioritas utama yang ku dapat, diproses itulah terselip visi besar
untuk mengharumkan produkku itu. Hanya orang yang tulus menyayangiku yang
mengetahui apa visi besarku itu dan target kapan akan terealisasi.
Selebaran
brosur produk Pijat cap STIWI Syar’i telah menyebar di daerah sekitar kampusku,
promosi via sms dan brosur dalam bentuk file pun tak ketinggalan
yang telah menembus seluruh nusantara melalui jejaring sosial facebook. Ini contoh brosurnya:
Di
area sekitar kampusku, berbagai tempat keramaian tak luput dari
tempelan-tempelan brosur warna-warni produk Pijat cap STIWI Syar’i baik di
Warkop-warkop, Warung Nasi, di persimpangan jalan, di pondok pesantren, mading
Mushala, di kamar-kamar pasienku bahkan tiap orang yang lewat atau pas ketemuan
selalu tak luput aku sodorkan brosur itu.
Di
kampusku IAIN Sunan Ampel adalah sarangku untuk menjemput ilmu dan rezeki.
Gudang ilmu dan rezeki, seabrek berkeliaran dan ku ambil satu persatu bahkan
segepok. Akhir-akhir ini, orderan pijat terus dan terus berdatangan.
Alhamdulillah banget, semakin banyak pasien dan pelanggan setia mungkin Allah
SWT memberikan sinyal untuk memotivasiku segera meng-ada-kan Sumber Daya
Manusia (SDM) dan dikembangkan dalam naungan Manajemen “Pijat cap STIWI Syar’i”.
(* Amien Ya Allah*)
Ketika
tak membawa motor berada di kampus dan tiba-tiba order-an berada di
belakang kampus, aku seringkali menjalani hal-hal yang sedikit liar. Dahulu,
kalau menjumpai peristiwa seperti ini aku selalu berbalik arah lewat depan
kampus dan jalan kaki terkadang juga nebeng ama kendaraan yang lewat dengan
waktu sekitar 15 menit, maklum saja karena kampus memberikan kebijakan tepat
pukul 18.00 WIB s/d 06.00 WIB gerbang kampus belakang harus uda di tutup.
Namun, dengan bertambahnya waktu ternyata waktu 15 menit sanggup aku ubah
menjadi hanya sekitar 3 menit saja, hehe. Keren!
Thanks
SEMA Fakultas Dakwah!
Ternyata
aku tersadarkan setiap ada masalah pasti ada solusi, di tempat tadi ternyata
ada jalan rahasia untuk bisa langsung tembus ke Gang Dosen (Gang di Belakang
Kampus). Di jalan rahasia itu, aku selalu permisi untuk menjalankan aksi
menyingkat waktu itu segera bertemu dengan pasien. Meloncat pagar rahasia di SEMA Fakultas Dakwah! hehehe,
Itulah yang sering ku lakukan untuk menemui pasien di belakang kampus ketika
aku berada di kampus. Memang sedikit liar, namun itulah yang membuatku mampu
berbuat cekatan dan itu memang sudah menjadi karakterku. Dengan ketinggian
sekitar 2 meter itu, aku selalu berhati-hati biar adegan mau jatuh dulu gak
terulang kembali. Harus waspada dan cengkraman tangan harus kuat, ternyata
berhasil. Hehe, maklum mantan atlit panjat dinding jadi mengenai cengkraman uda
tak menjadi masalah buatku.
Dari
banyaknya pasien, banyak pula adegan yang lucu terselip di sana yang tak
terlupakan. Salah satunya tadi malam, Alkisah... hehe,
Ada
pasien Mahasiswa yang bernama Agung, dia menelponku untuk minta dipijat saat
aku baru saja memegang kaki pasienku. Alhamdulillah ada pasien lagi, itu yang
aku ucap. Di tengah-tengah telpon tadi, terjadi deal pukul 22.00 WIB
untuk aku pijat di kosnya yang katanya dekat toko buku di Gang Dosen. Saat itu,
aku gak ada waktu untuk menyimpan nomor hp nya. Nomor hp nya hanya tersimpan
dipanggilan masuk dan nomor itu akan hilang ketika hpku mati karena error.
Perasaan gak enak pun ku rasakan! Setelah mijat pasien tadi sekitar pukul 21.30
WIB yang ketepatan mahasiswa juga, aku kebingungan lokasi tang tepat di mana
kosnya. Mau nelpon ternyata uda gak kesimpen. Aku pun mendatangi ciri-ciri
tempat tadi yaitu di Gang Dosen dekat Toko Buku, aku pun segera meluncur kesana
dan sesampai di sana aku kebingungan mana kost yang dia huni. Kebingunganku
memunculkan keberanian, di tempat tadi berjejer kost yang membuatku bingung di
mana tempat kostnya.
Kebingunganku
memunculkan keberanian, hehe. Betul banget! Di sana, aku berteriak lirih
memanggil nama pasien tadi yang ketepatan dengan punya nama Mas Agung.
Berteriak lirih sekitar belasan teriakan di area tadi tak kunjung sukses, huf.
“Di mana dia ne?” ucapku menunggu penantian. Aku tak sabar, teriakan lirihku
tadi aku coba tuk aku kencangkan berkali-kali di sela-sela kost. “Mas Aguung...
Maaaaas Aaaaguuuuuuung...!!!” teriakan sedikit keras dan kosong tak ada
respon,,, waduh jangan-jangan salah tempat kost ne.
Kebingunganku
memunculkan keberanian, di sana aku malah mengetok pintu tiap kost dan
menanyakan satu persatu ada gak yang namanya Mas Agung dan hasilnya nihil.
Sampai-sampai aku gak paham ada kost rumah tangga dan ada ibu-ibu yang aku
tanyain pertanyaan tadi dan hasilnya juga nihil, maaf ibu aku udah mengganggu
aktivitas sampeyan. Tadi malam aku lumayan terlalu berani
mengetok-ngetok pintu tiap kost menanyakan yang namanya mas Agung,,, Akhirnya
dengan keberanian, kenekatan dan kerja keras, ketemu juga dia, hahaha.
Alhamdulillah,,, di sana menjalankan aksi mijat dan sambil sharing tentang
bussines.
Setelah
mijat, aku menuju ke warkop sambil mencari bungkusan nasi. Setelah makan, aku
minta izin menempelkan brosur Pijat cap STIWI Syar’i di sela-sela temboknya dan
ternyata sekitar pukul 00.00 WIB deal katanya yang punya Warkop tadi
minta pijat, hehe. Kemudian, aku berjalan ke barat menuju perpustakaan kampus
bukan mau pinjam buku! Namun, silaturrahim dengan pasien-pasienku dan numpang
bermalam karena di kost dipake temen adek tuk persiapan ujian SNMPTN. Di
perpustakaan itu aku sering bermalam, aku sangat bersyukur mempunyai kenalan
yang baik hati bak keluarga sendiri. Alhamdulillah, dengan kondisi yang lumayan
capek habis full orderan kemarin-kemarin malam dan tadi malam lumayan dapat 45
ribu (2 pasien) semoga pendapatan di atas 100 ribu kayak kemarin bisa terulang
kembali bahkan lebih. (* :: Amien :: *)
*****
Terima
kasih Allah, Engkau mampu memberikan kemampuan untukku yang selalu terus
berkarya dan hidup mandiri. Ya Allah, wujudkanlah impian muliaku ini yakni
mampu memberi makan orang-orang di sekitarku dengan jalan memberikan lapangan
kerja yang layak bagi mereka (Young Success Entrepreneur). (**__Amien
lagi___**) Semoga aku selalu punya bekal Iman, Kerja Keras, Kerja Cerdas, dan
JUJUR untuk menjadi pribadi yang HEBAT...!!!
0 komentar:
Posting Komentar