Tak bosen-bosen
ya yang namanya Ilham ne. Kalau pas pulang kampung ke Mojokerto selalu pakai acara nebeng
segala ke kendaraan orang alias mbolank gratis. Entah pick up atau truck
yang selalu menjadi makanan empukku. Ini adalah kebiasaanku ketika lagi pulang
kampung dan tak membawa motor yang sedang parkir di kost. Tak ada teman untuk
aku ajak mengelilingi sepanjang jalan Surabaya, Sidoarjo, dan Mojokerto layaknya
dulu saat SMA bersama Geng The Ninja Of Bolank yang kini telah terpencar
di berbagai kota di Indonesia.
Maklum, semua sudah dewasa mencari kehidupan
sendiri untuk mencari jati diri yang hebat, salam lestari kepada mereka! Ada yang
menjemput Ilmu dan rezeki masih di kota Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo,
sampai-sampai ada yang di Kota Metropolis Jakarta. Mereka sahabat terbaikku
yang mengajarkan kesederhanaan yang sama sekali tak terbalut KEDUSTAAN.
Yups, perjalanan
pulang kampung sangat mengasikkan ketika aku telah menaiki pick up yang
berwarna hitam tepat berada di dekat kost ku (pertigaan rel kereta api Jalan A.
Yani dekat Taman Pelangi Surabaya). Sebelum menaiki pick up, aku telah
menunggu sekitar 30 menit lamanya menanti kedatangan pick up atau
truck yang tak kunjung-kunjung datang sambil memandangi langit-langitnya
Allah yang berhias awan indah dan layang-layang warga Surabaya. Di jalan raya
saat itu, banyak berjubel mobil-mobil mewah yang seakan selalu menyapaku dengan
manja saat aku sedang berdiri tegak menanti-nanti kendaraan pick up atau
truck.
Dengan tubuh
tegak di tepi jalan pakai slayer biru menutupi setengan wajah beserta tas yang
penuh dengan barang bawaan. Aku tetap bersabar menanti, memang aku tak bosen
menjalani rutinitasku yang unik ini meskipun uang di dompet sebenarnya masih
ada. Saat penantianku telah terjawab, aku sesegera mungkin menanyakan ke pak
supir,
“Mau
arah ke mana pak Supir?”
“Sidoarjo
mas,”
“Oh ya
pak,,, nebeng ya?”
“Oke
silahkan,”
Ekspresi
semangatku terpancar dalam suasana ashar yang masih terlihat saat aku telah
menaiki bak pick up. Wou keren berkali-kali aku menaiki kendaraan yang
serupa, kenikmatan yang serupa pun selalu aku dapatkan penuh dengan keindahan
dan tantangan. Terutama kerinduanku melewati angin yang berhembus kencang saat pick
up melaju sekitar 80 km/jam. Rambutku seakan berterbangan bebas
kesana-kemari menikmati hembusan angin yang segar dan sejuk. Jujur,
masalah-masalah yang ada seakan terhempas dan terbawa oleh angin. Terima kasih
Allah yang telah mengirim angin untukku dan mendepak masalah-masalah yang ada
di dalam kepalaku ini. Saat tepat di depan City Of Tomorrow, aku mencoba
memperjelas arah tujuan mana pak Supir akan melaju,,,
“Pak,
Sidoarjo mana?”
“Gedangan
mas,”
“Wou!
Turun di Bunderan Waru ya pak,,, Saya mau ke Mojokerto.”
“Oke
mas,”
Akhirnya,
aku turun menyusuri keramaian kendaraan yang berlalu-lalang. Diriku yang
sendirian ini berkedip-kedip sendirian pula di persimpangan Bunderan Waru
sambil memandang Nomor Polisi Kendaraan yang S (Kode buat Mojokerto dan
sekitarnya) atau AG (Kode buat Kediri dan sekitarnya). Uh, penantian di sini
lama juga. Namun, ini kenikmatan yang sangat aku rasakan yakni memandang
keramaian kota dan merasakan perasaan yang mungkin tak pernah dirasakan ama orang
lain. Ketika ada kendaraan yang sesuai pun laju kecepatan kendaraan sangat
cepat. Jikalau, aku menungu dan terus menunggu bisa-bisa aku sampai rumah besok
subuh, uh parah! Aku pun memutuskan untuk berjalan menyusuri kendaraan yang berukuran
kecil hingga besar untuk menanti kendaraan yang benar-benar mau dan rela aku
tumpangi. Hehe, perjalanan kaki sekitar 1 km yang melelahkan sampai lampu merah
Medaeng ternyata tak terasa uda sampai dan menemukan truck yang bernomor
polisi S. Tak panjang lebar, aku pun bertanya:
“Arah Mojokerto
daerah Brangkal pak?”
“Ya
mas,,,”
“Bareng
ya pak?”
“Oke
silahkan!”
“Sip!
Wou!” aku sangat kaget ternyata di dalam bak truck tadi ada 3
orang yang lagi tertidur pulas dengan wajah yang tertutup sarung. Hampir aja,
aku tadi pas menaiki truck dan mau langsung melompat,,hehehe. Apa
jadinya tadi kalau aku pas lompat tiba-tiba pendaratannya ke perut orang yang
tertidur pulas tadi,,hehe. Bakal ada perang dunia ke-3 ne. Syukur ternyata aku
mampu sigap.
Di bak truck
itulah, aku menikmati angin kembali dengan kecepatan yang lebih hebat dari
sebelumnya sekitar 100 km/jam. Wou keren! Terasa surga banget! Ini alasan
mengapa aku tak demen naik bus, atau kereta. Apalagi naik pesawat,,, hehe
bercanda (Mojokerto kan gak ada landasan udaranya). Kalau naik kendaraan itu gak
memuat seni banget githu, ya itu untuk sementara aja. Suatu saat nanti, aku
berjajni gak gini lagi,,, kan uda punya mobil Marcedes, hehe Amien. Beberapa menit
kemudian, ada 2 orang yang bertopi membawa barang bawaan menyusulku menaiki bak
truck. Dengan wajah yang sedikit garam aku pun berani menanyakan apa
yang aku ingin tanyakan dan di sana terjadi perbincang yang serius,,,
“Pulang
kerja ya pak?” tanyaku,
“Ya mas,
habis jualan manisan mangga dan kedondong di jalan Demak.”
“Ow,,,
kirain kerja apa tadi,,, berangkat jam berapa pak?”
“Jam 9
sampai sore gini mas,,”
“Berapa
lama pak jualan?”
“Lama
mas,”
“Berapa
tahun pak?”
“25 tahun
mas,,,”
“Wou
keren pak, lama banget ya ternyata.”
“Hehe,
iya mas dari perjaka sampai perjoko,,hehe. Lumayan, bisa menghidupi satu istri
dan 2 anak.” Ucapnya yang mau turun di daerah Krian.
Aku sangat
bangga kepada mereka yang memiliki semangat baja demi meraup rupiah sekitar 50
ribu per hari. Semoga, dengan semangatnya mampu menjadikan kehidupan keluarganya
semakin indah. Begitu juga kita, yang selalu semangat menatap ke depan. Semoga Allah
meridhai langkah kita,,, Amien.
Itulah pengalaman
bolangku yang selalu menaiki kendaraan orang untuk mencapai tujuan mau kemana
aku ini akan berhenti. Gak ada maksud lain, yang aku inginkan hanyalah
kebebasan bergaul dengan hembusan angin-Nya yang mampu membuatku tegar dalam
menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan. Terima kasih angin-Mu, terima
kasih Allah. Akan ku sambut kehidupan ini bagaikan geraknya angin yang tak terbelenggu oleh apa pun.